Me Galau Man [Cara Mengatasi Perasaan Galau]


Tiap orang tentu pernah mengalami yang namanya galau. Entah dari mana kata ini berasal. Kalo dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sih galau itu artinya sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran) (KBBI, 2011). Katanya seperti itu. Tapi, kini orang-orang mengartikan galau sebagai sesuatu yang membuat pikiran pusing gak keruan. Siapa pengonsumsi mahluk yang sentimentil ini? Tentu tak lain dan tak bukan adalah remaja alias muda-mudi masa kini.

Rata-rata anak muda akrab dengan kata galau. Keadaan ilang mood disaat-saat tertentu menyebabkan galau muncul. Misalnya, saat diputusin sama pacar. Atau dapat nilai jelek dari dosen. Nah, saat-saat seperti itulah galau hadir. Ending-nya pasti lari ke kamar and meluk guling. Ngelamun gak jelas dan berakhir dengan air mata. Satu keadaan emosional seseorang yang tiba saat dilanda sesuatu yang tidak mengenakan. Barangkali seperti itu sedikit gambarannya.

Waktu itu kalo gak salah Mario Teguh, sang maestro bijak, pernah bilang kalo galau itu sebenarnya satu batu loncatan untuk seseorang bisa maju dan berkembang. Keadaan yang justru harus disikapi sebagai ujian yang akan menaikan kelas seseorang. Itulah galau menurut deskripsi Mario Teguh. Lalu, kenapa sekarang galau malah diartikan sebagai tindakan atau persepsi otak yang justru bernada negatif?

Bisa jadi kata ini mengalami perluasan makna. Dari yang tadinya positif kini menjadi bernada pesimistis. Entah siapa yang memulai, yang jelas kini galau melanda hampir setiap orang, terutama remaja. Bukan remaja masa kini kalo gak menggalau. Hehe.. Sakitnya hati saat ditinggal kekasih, jebloknya IPK, sampai duit bulanan dari orang tua yang telat adalah sederet pemantik kegalauan seseorang. Inilah yang pada akhirnya memunculkan persepsi jika galau identik dengan sedih.

Gak salah sih jika galau diartikan seperti itu. Karena KBBI pun bilang galau itu keadaan pikiran yang kacau tidak keruan. Dari pikiran lari ke hati. Jika hati sudah seperti ini tinggal ambil tisu dan guling. Curhat deh sama kedua barang itu.

Sekarang kita ubah paradigmanya (paradigm shifting). Kalo orang kebanyakan beranggapan bahwa galau itu sesuatu yang negatif sehingga harus dijauhi, kita ubah mahluk yang satu ini menjadi satu barang langka yang justru menguatkan hati dan pikiran. Syaratnya cuma dua, yakni kreatif dan positif.

Syarat yang pertama ‘kreatif’; dengan menganggap jika galau itu mengasyikan dan justru menguatkan, maka kita tergolong orang yang kreatif. Karena kreatif adalah sesuatu yang beda dari kebiasaan umum. Kalo galau melanda daripada berbuat gak jelas mending kita kreatif. nulis kek, baca buku kek, main musik kek, atau bikin apa saja yang penting mengasyikan buat kita sendiri. Pokoknya cari dan lakukan katarsis yang positif.

Kemudian yang kedua adalah ‘positif’. Konteksnya adalah pikiran alias otak dan prasangka. Kalo kita diputusin sama pasangan kita sebaiknya berprasangka positif aja. Misalnya, kita akan dapat yang lebih baik lagi, atau mungkin pasangan yang mutusin kita itu bukan orang yang terbaik buat kita. Kalo ditolak sama gebetan bilang aja gini, “Lo gak beruntung gak bisa dapetin gue”. Hehe..

Pokoknya pikirkan dan berprasangka positif aja. Kalo kiriman dari ortu telat ya mikirnya barangkali ortu belum pegang duit, atau kalo ngirimnya gak telat pasti duit itu cepet abis karena dipakenya gak jelas. So, intinya berpikir positif. Semua pasti yang terbaik bagi kita. Kalo kita memaknai yang hadir atau yang kita rasakan itu yang terbaik, maka kita akan bahagia.

Ingat tokoh superhero bernama ‘Megaloman’ khan? Pasti semua tahu. Tokoh yang udah ada dari jaman kita SD ini cukup familiar ditelinga kita. Ia adalah tokoh fiksi pahlawan super dalam film seri televisi tokusatsu yang diciptakan oleh Tetsu Kariya (Wikipedia). Sangkin supernya dia dapat menginspirasi banyak orang, termasuk soal gaya rambutnya yang super nyentrik macam kembang gula. Nah saat kita galau sebaiknya kita inget tokoh superhero itu aja. Biar kita ketularan super and kuat sekuat baja. Terus, kalo dua kunci itu udah dipegang, percaya deh yang namanya galau itu bisa jadi sarana kita untuk maju dan berkembang.

Let’s say “Me Galaw Man!” (baca; Megaloman).

0 komentar:

Posting Komentar